Selasa, 17 Oktober 2017

PENELITIANKU

PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 sering disebut dengan kurikulum berbasis karakter, kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikap disiplin yang tinggi. Kurikulum 2013 secara resmi menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah diterapkan sejak 2006 lalu. Setelah diberlakukannya kurikulum 2013 diharapkan mampu menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif. Sehingga dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk memberikan inovasi baru dan merancang kegiatan pembelajaran sebaik mungkin serta guru harus pandai dalam memilih metode atau model yang sesuai dengan materi serta didukung oleh media pembelajaran yang menarik agar tercapainya tujuan pembelajaran. 
Dalam proses pembelajaran harus memiliki model yang cocok dengan tema yang diajarkan, dan memiliki kesesuaian antara siswa dan suasana belajar, akan tetapi harapan-harapan itu tidak selalu dapat terwujud, banyak siswa yang kurang memahami penjelasan guru dan kurang termotivasi untuk belajar. Dari kurangnya motivasi belajar siswa, maka hasil belajar siswa menjadi rendah. Semua ini menunjukkan bahwa guru harus selalu mengadakan perbaikan secara terus menerus, agar masalah-masalah kesulitan belajar siswa dapat diatasi, sehingga hasil belajar siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Banyak faktor yang menyebabkan siswa kurang mampu memahami pembelajaran tematik diantaranya guru yang masih menerapkan pembelajaran konvensional, kurangnya pembelajaran praktik, kegiatan pembelajaran yang diberikan guru masih secara klasikal yang menyebabkan siswa menjadi bosan dan kurang termotivasi.
Berdasarkan hasil pengamatan di sekolah X yang dilakukan pada bulan Agustus 2017, motivasi belajar siswa kelas IV terhadap pembelajaran masih kurang. Banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan  guru saat mengajar. Terlebih jika materi yang diajarkan dianggap sulit oleh siswa, mereka akan sibuk bermain sendiri maupun mengobrol dengan teman yang lain. Berdasarkan data hasil wawancara guru kelas IV, kendala yang dihadapi saat kegiatan pembelajaran di kelas antara lain guru kurang menguasai IT, sehingga guru mengalami kesulitan untuk menjelaskan gambar secara rinci, selain itu guru yang terbiasa mengajar secara terpisah antar mapel, terbatasnya sumber belajar dan sarana prasarana serta kemampuan berpikir anak yang masih terbawa di kelas rendah, karena kelas IV merupakan kelas peralihan dari kelas rendah ke kelas tinggi, sehingga anak belum mampu berpikir abstrak.
Berdasarkan permasalahan di atas, guru harus mampu memilih dan merancang model pembelajaran yang bermakna bagi siswa yaitu guru harus kreatif dalam mendesain model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat berpartisipasi, aktif, dan kreatif terhadap pembelajaran. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Menurut Nurulhayati  (dalam Rusman 2014: 43) model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Model pembelajaran kooperatif yaitu siswa belajar dan bekerja sama dengan anggota lainnya, siswa memiliki dua tanggung jawab yaitu belajar untuk diri sendiri dan membantu anggota kelompok untuk belajar. Hal ini tergambar bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa dibutuhkan dalam kelompoknya untuk menyelesaikan masalah. Model pembelajaran kooperatif Scramble Rober B. Taylor (dalam Huda 2013:303-306), scramble merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa. Metode ini mengharuskan siswa untuk menggabungkan otak kanan dan otak kiri. Dengan metode ini, mereka tidak hanya diminta untuk menjawab soal, tetapi juga menerka dengan cepat jawaban soal yang sudah tersedia namun masih dalam kondisi acak. Skor siswa ditentukan oleh seberapa banyak soal yang benar dan seberapa cepat soal-soal tersebut dikerjakan. Selain menggunakan model scramble, juga disajikan media pembelajaran. Hamalik dalam Arsyad (2009: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar  mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Media puzzle termasuk salah satu alat permainan edukatif yang dirancang untuk mengembangkan kemampuan anak belajar sejumlah ketrampilan. Media puzzle digunakan untuk menunjang model pembelajaran scramble. Dalam permainan puzzle disini siswa akan merangkai puzzle yang masih acak-acakan dimana jawaban dari soal yang disediakan guru terdapat dalam puzzle tersebut, sehingga siswa akan bekerja sama dengan kelompoknya untuk memecahkan masalah tersebut. Materi yang digunakan disini yaitu pada tema 6 cita-citaku, subtema 1 Aku dan Cita-Citaku, Pembelajaran 1, yang fokus materinya pada metamorfosis sempurna dan tak sempurna.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan  penelitian kuantitatif eksperimen dengan judul “Pengaruh Model Scramble Berbantu Media Puzzle Tema Cita-Citaku Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SDN X”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar